RSS

Thursday, January 13, 2011

F. Martabat Tauhid

Dalam aqidah Ahlissunnah, tauhid itu sendiri ada 3 martabat
a. Tauhid af’al
b. Tauhid Sifat
c. Tauhid Zat
Ad. a. TAUHID AF’AL
Tauhid af’al yaitu, mengesakan Allah Ta’ala pada segala perbuatan, menurut pandangan bathin atau syuhud, bahwasannya segala perbuatan yang berlaku di dalam alam semesta ini sekaliannya, tertib dari pada Allah Ta’ala. Maka tidak ada yang mempunyai perbuatan di alam ini satu zarrah pun, kecuali perbuatan Allah Ta’ala pada hakekatnya. Walaupun pada lahirnya secara majazi (bayangan) timbul dari kehendak makhluk.
Rasulullah bersabda : لاَ تَتَحَرَّكُ ذَرَّةٌ إِلاَّ بِإِذْنِ اللهِ
Artinya :Tiada bergerak satu zarrah pun (di dalam alam ini), kecuali dengan izin Allah Ta’ala .
Dan sabdanya :
لاَ حَـوْلَ وَلاَ قُـوَّةَ إِلاَّ بِـاللهِ الْعَـلِىِّ الْعَظِـيْـمِ
Artinya : Tiada daya (pada menjauhkan maksiat ) dan tiada upaya ( pada mengerjakan ta’at ), melainkan dengan daya upaya Allah Ta’ala, yang Maha Tinggi dan Maha Agung.
Allah Ta’ala mengisyaratkan adanya tauhid af’al, pada firman-Nya. (Q.S. As.Shoffat ayat 96) :
وَاللهُ خَـلَقَكُمْ وَمَـا تَـعْـمَلُـوْنَ Artinya : Dan Allah Ta’ala telah menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat.
Dalam firman yang lain, Allah Ta’ala mengisahkan, ketika nabi Muhammad melempar musuhnya, dengan firmanNya :
وَمَـا رَمَـيْتَ إِذْ رَمَـيْتَ وَلكِنَّ اللهَ رَمَى (Q.S. Al-Anfal : 17 )
Artinya : Tiadalah engkau melempar ya Muhammad tatkala berusaha melempar, tetapi Allah Ta’ala jualah ( pada hakekatnya ) yang melempar tatkala itu.
Berdasarkan isyarat dari hadis dan ayat diatas ini, bahwa tauhid af’al menjadi jelas adanya, sehingga tidak ada suatu zarrahpun perbuatan makhluk di dalam alam ini , baik rupanya yang baik, maupun dalam bentuk yang buruk. Semua itu pada hakekatnya adalah, tertib dari qudrat iradat Allah Ta’ala, dalam syuhud ( pandangan ) bathin orang yang bertauhid itu pada martabat tauhid af’al.
Ad. b. TAUHID SIFAT
Tauhid sifat yaitu : mengesakan Allah Ta’ala pada segala sifat yang berdiri (ada) pada zat Allah Ta’ala, yakni ibarat fana (binasa) dalam syuhud hamba, segala sifat makhluk ke dalam sifat Allah Ta’ala.
Dalam tauhid sifat ini, ada dua teori
a. Tauhid sifat dan asma’, menurut teori Faham Salaf
b. Tauhid sifat dan asma’ menurut teori Ahlissunnah
a.Tauhid Sifat dan Asma’, menurut kaum salaf yaitu ; menetapkan segala sifat dan segala asma’ Allah Ta’ala, yang disebutkanNya di dalam firman-Nya tentang diriNya atau oleh Rasul-Nya, tanpa di takwilkan (ditafsirkan) kepada pengertian yang lain. Tetapi mentafwidkannya (menyerahkannya) kepada Allah Ta’ala, dengan tanpa tasybih (penyerupaan) kepada makhluk, meskipun namanya sama, tetapi hakekatnya tanzih (berbeda) seperti wajah, yad (tangan) dan istiwa (bersemayam) di atas arsy.

b.Tauhid sifat dan asma`, menurut ahlissunnah, sebagai mana telah lalu definisinya. Dengan kaifiyat syuhud bathin bahwa, segala sifat berdiri kepada zat seperti; qudrat, iradat, sama`, bashar, kalam, ilmu, dan hayat, sekalian itu adalah, sifat Allah Ta`ala. Karena tidak ada satu zat pun yang bersifat dengan segala sifat itu, pada hakekatnya melainkan zat Allah Ta`ala. Walaupun segala sifat ini, dibangsakan kepada makhluk atas jalan majaz. Dan kepada makhluk sebagai mazhar (tempat memandang), dari sifat Allah Ta`ala jua, baik dengan sebutan; (diciptakan Allah, dipinjamkan Allah, maupun dilimpahkan Allah kepada makhlukNya) bukan secara hakekatnya.
Adapun dalil yang menunjukkan atas bahwasanya, tiada bagi hamba sekalian sifat ini dalam syuhud, tetapi yang ada adalah mazhar sifat Allah Ta`la jua, adalah firmanNya dalam hadis qudsi
مَاتَـقَرَّبَ اِلَىَّ الْمُتَـقَرِّبُوْنَ بِمِثْلِ أَدَاءِ مَا اِفْـتَـرَضْتُ عَلَيْهِمْ وَلاَ يَزَالُ الْعَبْدُ يَـتَـقَرَّبُ اِلَـيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتىَّ أُحِبَّهُ فَـإِذَا أَحْبَـبْتُ كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِى يَسْمَعُ بِهِ وَبَصَرَهُ الَّذِى يَبْصِرُ بِهِ وَلِسَانَهُ الَّذِى يَنْطِقُ بِهِ وَيَدَهُ الَّتِى يَـبْطِشُ بِهَا وَرِجْلَهُ الَّتِى يَمْشِى بِهَا وَقَلْبَهُ الَّذِى يَضْمِرُ بِهِ
Artinya : Tiadalah menghampirkan diri kepadaKU, orang-orang yang menghampirkan diri, dengan mengerjakan segala yang telahKU fardlukan atas mereka. Dan senantiasa hambaKU menghampirkan diri kepada KU, dengan sebab mengerjakan segala ibadah yang sunnah, sehingga AKU mengasihinya (menjadi kekasihnya dan AKU kasih padanya). Maka apabila AKU telah kasih kepadanya, niscaya AKUlah menjadi pendengarnya yang mendengar ia dengannya, penglihatan yang melihat ia dengannya, lidahnya yang bertutur kata ia dengannya, tangannya yang memegang ia dengannya, kaki yang berjalan ia dengannya dan hati yang bercinta ia dengannya, (H.R. Bukhari Muslim)

Oleh karena itu, ahli kassyaf (orang yang terbuka hijab) dalam tauhid sifat dan asma`, di dalam syuhud mereka melalui zuq dan wijdan (rasa) bahwa, tiada yang hidup, tiada yang mengetahui , tiada yang berkuasa, tiada yang berkehendak, tiada yang mendengar, tiada yang melihat, tiada yang berkata-kata pada hakekatnya, melainkan Allah Ta`ala. Adalah zhahir sifat itu kepada makhluk, hanya sebagai tempat memandang mazhar sifat Allah Ta’ala, seperti ; kasih, sayang, sabar, pemaaf dan lain-lain, itulah hakekat makna.
لاَحَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ الْعَلِىِّ الْعَظِيْمِ
Hal ini, sesuai dengan Sabda Nabi, riwayat Ahmad ;
لاَ أُحْصِي ثَـنَاءً عَلَـيْـكَ أَنْتَ كَمَـا أَثْـنَـيْتَ عَلَى نَـفْسِـكَ
Artinya : Saya tidak mampu menghitung pujian kepadaMu, sebagaimana Engkau memuji diriMu. (puji qadim kepada qadim)
Di dalam Al-Qur'an, Allah mengisyaratkan, dalam kisah malaikat, ketika ditantang menjadi khalifah di muka bumi ini, dengan firmanNya :
قَالُوْا سُـبْحـنَـكَ لاَ عِلْـمَ لَنـَا إِلاَّ مَـا عَلَّـمْـتَـنَا.
Artinya : Mereka (para malaikat) menjawab, “ maha suci Engkau, (Tuhan) tidak ada ilmu bagi kami, kecuali yang engkau telah berikan kepada kami”
Dengan ini, dapat difahami bahwa, tiada ilmu kecuali ilmu Allah Ta`ala dan tiada kekuasaan kecuali kekuasaan dari Allah Ta`ala dan seterusnya.

ad. C. TAUHID ZAT
Tauhid zat yaitu, mengesakan Allah Ta`ala pada segala zat, bahwa tiada yang maujud didalam alam ini (didalam syuhud kita), hanya Allah Ta`ala. Sementara wujud selain Allah itu, tiada mempunyai hakikat wujud, hanya seperti wujud bayang-bayang yang tiada mempunyai hakikat bila dibanding dengan aslinya (hakikatnya)
Tauhid zat ini, difahami dari isyarat firman Allah Ta`ala ;
فَـأَيْـنَـمَا تُـوَلَُـوْا فَـثَـمَّ وَجْـهُ اللهِ
Artinya : ke mana saja kamu menghadap maka di sana ada wajah (zat) Allah Ta`ala (Q.S. Al-Baqarah : 115.)
Sabda Rasul menyatakan : أَلاَ كُـلُّ شَيْءٍ مَـا خَـلاَ اللهُ بَاطِـلٌ
Artinya : Ketahuilah, segala sesuatu selain Allah itu, bathil (tidak ada wujud hakekatnya) Hal ini, sesuai dengan isyarat firman Allah, dalam Q.S. Ar-Rahman : 27 artinya :“ semua wujud diatas dunia akan binasa kecuali wujud Allah”.
Itulah makna hakekat ucapan ahli kasysyaf.
لاَ مَوْجُـوْدَ فِى الْحَـقِـيْـقَـةِ إِلاَّ اللهُ
Artinya : Tidak ada yang maujud (tetap ada) pada hakekatnya, melainkan Allah

4 comments: